Pamuji Ngaji: Membahas Amalan Sahabat Nabi, Tsauban
SOLO-Seperti biasanya sebulan sekali Pamuji mengadakan pengajian umum, hal ini dilakukan sebagai ajang silaturahim anggota dan juga untuk menambah pengatahuan Islam sehingga semakin meningkatakan iman dan ketaqwaan.
Pada kajian ini hadir sebagai pembicara Ustadz Abdul Wahid Maksum yang mengupas tentang amalan yang dilakukan oleh Sahabat Nabi Muhammad SAW yang bernama Tsauban.
Satu kisah yang sangat penuh motivasi adalah misteri 3 pertanyaan Tsauban yang didengar keluarga Tsauban menjelang sakratul maut menghampirinya. Pertanyaan itu pun disampaikan kepada Rasulullah yang datang ke rumah.
Hal ini dilakukan oleh Rasulullah karena bersamaan tidak hadirnya Tsauban ke masjid untuk melaksanakan salat Subuh berjamaah. Ternyata rumah Tsauban sangat jauh. Dalam sebuah kisah disebutkan untuk sampai ke masjid dari rumah Tsauban dengan berjalan kaki membutuhkan 3 jam berjalan kaki.
Istri Tsauban ra bertanya “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”
Rasulullah pun bertanya, “Apa saja kalimat yang diucapkannya?”
“Dimasing-masing teriakannya, beliau berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Tsauban.
Rasulullah SAW pun melantunkan ayat “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam” (QS.Qaaf: 22)
Jadi saat Tsauban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatan beliau diperlihatkan oleh Allah.
Apa yang dilihat oleh Tsauban ra (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam pandangannya yang tajam itu Tsauban ra melihat suatu adegan dimana kesehariannya beliau pergi pulang ke masjid untuk salat berjamah lima waktu. Ia menyesal mengapa jarak rumahnya tidak lebih jauh dari masjid.
Saat ditunjukkan padanya ketika bersedekah baju yang kurang layak ia pun menyesal “Aduh mengapa bukan yang baru?” Tsauban diperlihatkan betapa ketaatannya kepada perintah Allah sudah diperlihatkan balasannya.
Sedangkan terucap pertanyaan “Aduh mengapa tidak semua?” Tsauban teringat saat ia hanya bisa sedekah makanan tidak semua yang dimiliki. Ia hanya memberikan sebagian kecil. Padahal ia diperlihatkan ganjaran yang dahsyat kepada orang yang mau bersedekah makanan atau dari apa yang dimiliki.
Penyesalan Tsauban setelah diperlihatkan balasan surga yang akan diterima adalah mengapa ia tidak optimal dalam menjalankan perintah Allah. Apa yang dialami sahabat Rasulullah ini walaupun sudah terjadi ratusan tahun lalu, tetap menjadi motivasi kita agar bisa beribadah dan beramal saleh sebaik- baiknya.
Kajian tersebut diikuti oleh anggota Pamuji lintas angkatan di Aula SMA Muhammadiyah 1 Solo, Ahad (19/6/2023). []