Pamuji Ngaji: Potensi Kader Muhammadiyah

SOLO-Pamuji Ngaji kali ini diselenggarkaan di di Wkobar Jl. Mawar no 1 Penumping Laweyan Solo, Ahad tgl 19 Maret 2023. Hadir sebagai penceramah Kusmani yang dulunya merupakan guru SMA Muhammadiyah 1.

Dalam tausiahnya, Kusmani menjelaskan, majelis taklim , majelis ilmu seperti di Pamuji Ngaji di Ahad ke 3 ini merupakan wujud nyata dari kegiatan dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Ada pendapat bahwa salah satu dari taman taman Syurga ini adalah majelis yang mulia ini. Saya berharap agar kegiatan ini bisa istiqomah  tetap berlangsung,  berkualitas dan barokah,”katanya.

Harapan beliau karena ada pertimbangan jaman yang sedemikian komplek ini , bahwa manusia mempunyai kecenderungan hanya mengenjar dunia.

Dalam kesempatan tersebut Kusmani menyampaikan materi yang diberi tema Diversifikasi Potensi Kader Muhammadiyah.

Muhammadiyah sebagai Gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang sudah berusia satu abad lebih menjadi organisasi masyarakat keagamaan yang diperhitungkan dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara dalam kancah lokal, regional, nasional maupun internasional.

“Tujun Muhammadiyah yang mulia adalah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,”ungkapnya.

Sebagai sebuah gerakan persyarikatan, upaya untuk mencapai tujuan itu merupakan pekerjaan kolektif yang dilakukan oleh pimpinan, kader dan anggota Muhammadiyah.

Kerja kolektif tersebut memerlukan orang-orang memahami keyakinan hidup dan tujuan hidup Muhammadiyah dan merasa terpanggil untuk ikut melaksanakannya serta merasa berkewajiban untuk menghindari penyimpangan ideologi Muhammadiyah, merekalah yang disebut dalam istilah lama “penganjur” dan istilah sekarang “kader”.

Lanjut Kusmani, kader adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi tokoh-tokoh di sekitar pimpinan.

Kader lahir dari hasil pendidikan Muhammadiyah sehingga menjadi anggota inti yang memiliki komitmen terhadap perjuangan dan cita-cita Persyarikatan.

Perkembangan amal usaha yang pesat di Muhammadiyah menyebabkan pengendalian manajemen menjadi kurang efektif karena rentang kendali yang semakin jauh dan bersifat otonom sehingga membawa pengaruh pada terabaikannya aspek ideologi karena tuntutan profesionalisme dan pragmatisme.

Tugas kader adalah untuk mengembalikan hakikat dan tujuan Muhammadiyah kepada fungsi utamanya.

Tugas pokok dan utama kader adalah, Pertama, mempertahankan eksistensi organisasi. Kedua, menjaga kemurnian ideologi. Ketiga, menghindari distorsi terhadap maksud dan tujuan Persyarikatan. Sehingga tersedianya pasokan kader yang cukup di amal usaha merupakan sebuah keniscayaan.

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka .Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. ( Qs.An-Nisa /4: 9).

“Ayat di atas pada hakekatnya merupakan perintah Allah untuk menyiapkan generasi muda Islam yang kuat dan tangguh menghadapi masa depan Islam. Islam tidak menginginkan generasi yang lemah baik dari segi fisik,sosial, kecerdasan, ekonomi, maupun ideologi, sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas kesejahteraan sosial dan budaya masa depannya,”ujarnya.

Dalam konteks kader Muhammadiyah, senada dengan ayat tersebut, bahwa eksistensi kader Muhammadiyah haruslah kuat dalam berbagai aspek. Secara kompetensi bahwa kader Muhammadiyah paling tidak memiliki empat keunggulan,

Pertama, Keunggulan dalam potensi diri dan kemandirian. Kedua, Keunggulan dalam Ke-Islam-an dan Ke-Muhammadiyah-an, Ketiga, Keunggulan dalam kepemimpinan dan keorganisasian, Keempat, Keunggulan dalam Kemanusiaan dan Kebangsaan.

Pertama, Keunggulan dalam potensi diri dan kemandirian. Bahwa kader Muhammadiyah memiliki keunggulan dalam mengembangkan potensi diri dan kemandirian dalam ekonomi.

Kesungguhan mengembangan profesi dan karir pada minat dan keahliannya masing-masing. Bersikap kritis, inovatif, dan kreatif terhadap perubahan zaman. Beradaptasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Berkomitmen terhadap etos kerja menurut Islam.

Kedua, Keunggulan dalam Ke-Islam-an dan Ke-Muhammadiyah-an. Kader Muhammadiyah bersikap terbuka, objektif, dan moderat dalam memahami agama. Ketaatan dalam pengamalan ajaran agama, baik dalam bidang aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah duniawiyah. Kemauan meningkatkan pemahaman ajaran Islam. Berkomitmen terhadap ideologi dan perjuangan Islam berkemajuan (Muhammadiyah).

Ketiga, Keunggulan dalam kepemimpinan dan keorganisasian. Kader Muhammadiyah memiliki kemampuan menggerakan kader di berbagai level kepemimpinan organisasi.

Ketaatan terhadap aturan-aturan organisasi, serta perundang-undangan yang sah di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemauan mengembangkan organisasi ke arah yang lebih maju. Kemauan membangun kemandirian organisasi.

Keempat, Keunggulan dalam Kemanusiaan dan Kebangsaan. Kader Muhammadiyah memiliki kepedulian terhadap permasalahan sosial kemasyarakatan, lingkungan, ekonomi, dan keagamaan.

Bersikap kritis terhadap problematika berbangsa dan bernegara. Kecerdasan dalam membangun narasi, wacana, dan keilmuan. Berkomitmen terhadap berbagai kegiatan kemasyarakatan.

“Mari kita wujudkan jiwa Muhammadiyah dalam diri kita masing masing, kita mantabkan jiwa Muhammadiyah dalam jiwa kita, Jangan hidup di Muhammadiyah. Hidup Hidupi Muhammadiyah,”pungkasnya. []